Suasana PROPESA UIN SyaHid |
UIN Syarif Hidayatullah dikatakan seperti keadaan Indonesia yang sebenarnya karena sistem yang digunakan mirip seperti sebuah negara, memiliki DPR-MPR s.d kecamatan-kelurahan (Analoginya seperti itu..^^). Keberagaman di kampus ini melatih kapasitas kita dlm berkomunikasi baik sehingga tujuan dari keberagaman perlahan akan terwujud sesuai firman Allah SWT dlm Al-Qur'an,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al Hujurat : 13)
Bedanya, kalau di kampus itu pasti ada pengenalan massal yg biasa kita kenal dengan OSPEK. Kalau di negara sebenarnya, tidak mungkin ada hal seperti itu. PROPESA (nama OSPEK di UIN), Alhamdulillah di FKIK (Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan) sendiri sudah sangat bermetamorfosis dari kesan "perpeloncoan" yang identik dengan OSPEK (fakultas lain sepertinya juga sudah metamorfosis..^^). Tidak ada lagi aturan bahwa senior selalu benar, malam keakraban yang isinya foya-foya, atau hal-hal lain yang dekat terhadap anarkisme&militerisme.
Sebagai insan intelektual muslim, sudah seharusnya kita menganggap mahasiswa baru sebagai tamu yang belum mengerti "medan perang" sehingga harus diselamatkan aqidahnya, ibadahnya, akhlaqnya, dan intelektualitasnya. Bagi kita (senior kedokteran), mahasiswa baru memiliki banyak sisi positif. Berikut adalah diantaranya:
- Sebagai objek dakwah baru. Yang berarti adalah lumbung amal baru. kesempatan kita untuk mendapat pahala sangat besar disini. Kita sebagai "mahasiswa senior" tentunya tidak akan menyia-nyiakan hal ini. Seperti dalam Hadits Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun" (HR. Muslim, No. 2674.)
- Sebagai Tamu Agung. Kalau poin ini sudah ada di benak kita, tentunya pelayanan yang terbaik harus kita berikan. Jika mereka membutuhkan tempat kos misalnya, rekomendasikanlah yang baik dan kondusif untuk belajarnya, untuk aqidah, ibadah dan akhlaknya. Hmm.. kalau mau pahala yang lebih besar lagi, tawarkanlah mereka hal-hal yang insyaAllah akan berguna selama mereka belajar, misalnya buku-buku pinjaman, softcopy materi kuliah atau sekadar informasi. Tunjukkan mereka daerah-daerah di sekitar kampus kita, tempat ibadah yang baik, atau hal-hal lainnya. Sekecil apapun "something positive" dari kita, akan sangat berarti buat mereka. percayalah kawan...^^
- Sebagai Penerus Perjuangan. Kita berangkat dari sabda Rasulullah yang ini aja yaaa... “Bukan golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dari kami". Ini sebagai pertanda, bahwa Rasulullah sangat berharap pada generasi penerusnya. Sebagai seorang Muslim, selayaknya kita sudah memastikan bahwa kita telah memiliki penerus dakwah ini. Binalah hubungan kita dengan mesra, sapalah mereka dengan ramah dan jauh dari kesan otoriter. Bukankah sudah banyak contohnya, Misalnya Luqman Al-Hakim yang memanggil anaknya dengan panggilan paling mesra “Ya Bunayya” kepada anaknya (QS. Luqman: 13-16-17). Begitu juga panggilan Nabi Syu`aib kepada anaknya Yusuf (QS. Yusuf : 5, 67-87). Panggilan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail (QS. Ash-Shaffaat: 102). Menyenangkan bukan, ketika nantinya kita mengetahui bahwa adik-adik kelas kita telah siap menanggung amanah suci ini?
- Saudara Dekat. Nah, deretan-deretan pejuang dakwah baru akan segera terbentuk. Hubungan antar saudara sesama muslim ini adalah hubungan persaudaraan yang melebihi persaudaraan lainnya. Hubungan seperti ini adalah hubungan ishlah, damai, tentram dan mesra. Kalau kata firman Allah SWT tu gini...
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)
Dari berbagai sumber, salam dokmus-Jepang!!
hmm... klo dilihat dari sejarah fik, dulu pas zaman soeharto di kampus manapun ospek pastinya keras. tapi kita harus biasa memahami situasi saat itu yang menuntut mahasiswa berani, tegas, dan kuat. walaupun saat ini juga harus seperti itu (berani, tegas, kuat) kita bisa melakukannya dengan cara lain, karena toh situasi Indonesia saat ini ga seburuk dulu.
BalasHapussebenarnya buruk atw ga itu kan tergantung mindset kitanya juga bukan?? yang jelas, sesuaikan perilaku kita dengan tuntutan zaman, tapi jangan sampai kebalik juga... Semua hal di dunia itu, pada dasarnya sudah beradaptasi dengan Islam (apapun zamannya). So, kita tidak perlu lagi mengadaptasi islam ke berbagai masalah, karena pada dasarnya semua masalah telah teradaptasi dengan sendirinya, cuma perlu cari track-nya aj.. ^^
BalasHapus